Selasa, 18 April 2017

SANTAI DULU BACA " Balada Balkiyo (2): Jadi…, kamu Nyoblos Nomor 2?"

Kehebohan pilkada di Kota Sukamakmur telah berakhir. Kini giliran pilkada (pemilihan kepala daerah) di Kabupaten Sukagirimulyo, kota tempat tinggal Balkiyo. Seperti halnya Rolly, Balkiyo pun tidak pernah tertarik terlibat urusan pilkada. Maksudnya tidak pernah menjadi timses, kader, simpatisan, atau berbagai jabatan yang ada hubungannya dengan pilkada. Meskipun demikian, Balkiyo bukan termasuk golputers (orang-orang yang golput), yang tidak mau menggunakan hak pilihnya. Balkiyo tetap menentukan pilihan dalam setiap perhelatan demokrasi yang menelan biaya besar itu.

Malam ini, bujang tua yang umurnya lebih dari tiga puluh tahun itu nongkrong di warung hik Kang Slompret. Warung Kang Slompret ini berada di jantung Kota Sukamakmur. Dia memanggil Rolly melalui sms. Sudah setengah jam lebih tidak ada balasan. Mungkin lagi sibuk dengan Yumi. Biasa…, pengantin baru. Begitu Balkiyo berkata dalam hati.

“Balkiyo! Sedang apa kamu di sini?” tanya seorang laki-laki muda berpenampilan necis. Dari cara bicaranya kentara sekali kalau dia seorang terdidik. Orang kuliahan.

“Daripada sendirian, gabung di sini saja bersama kami!” sambung pemuda lain yang berkumis. Juga termasuk orang berpendidikan tinggi.

“Lebih enak kalau kamu ngobrol sama kami. Dijamin tambah pintar deh!” sahut seorang pemuda yang berkacamata. Balkiyo mengenali pemuda ini. Ariando, namanya. Dia timnang (tim pemenangan) paslon (pasangan calon) nomor satu dalam pilkada di Sukagirimulyo.

“Ah…, aku di sini saja,” Balkiyo menanggapi dengan kalem. “Jarak kita kan nggak jauh-jauh amat. Eh…, kalian ini timnang paslon satu, kok malah ngobrol-ngobrol di sini. Bukankah lebih bagusnya kalau nongkrongnya di wilayah Sukagirimulyo, bukan di Sukamakmur.”

Tiga orang yang termasuk timnang paslon satu ini tertawa serentak. Menertawakan Balkiyo. Balkiyo terlihat kikuk karena menjadi bahan tertawaan kayak badut saja!

==================selengkapnya baca DI SINI============================= 

Sumbernya ada di sini


Selasa, 11 April 2017

SELINGAN: AKU RINDU....

Jenuh bisnis terus. Sekali-sekali kita membaca puisi untuk mencerahkan hati. Saya baru saja membaca sebuah puisi yang maknanya, menurut saya sih..., mendalam sekali.
http://bluenik.com/4da

Isinya antara lain tentang masa lalu dan masa kini. Ah, kelamaan, langsung saja ke halaman berikut DI SINI untuk membaca puisi tersebut.

Selamat membaca dan menikmati puisi tersebut. Semoga bermanfaat.

Minggu, 09 April 2017

MUMPUNG MASIH MEMBAYAR, MARI KITA SERBU UNTUK MENDAPATKAN DOLLAR TIAP HARI

Benar..., mumpung masih membayar. Tanpa modal, tanpa pengalaman di dunia Bisnis Online, bisa mendapatkan penghasilan tiap hari dari situs ini.

Ya..., bukan rahasia lagi bahwa dalam dunia bisnis online, sebuah situs tiba-tiba tutup dan tidak bisa membayar lagi. Nh, ini kesempatan terbaik Anda untuk segera bergabung dan mendapatkan dollar secara gratis tanpa modal sama sekali. Dollarnya bisa di_WD (diambil) setiap hari dan langsung masuk ke rekening kita

Selamat bergabung. Sukses selalu untuk kita.
Bisnisonline, 9-4-2017
*****

Sumber foto:
https://www.google.com/search?q=dollar+money&client=firefox-b-ab&tbm=isch&imgil=1O_Gzs8H2vMG1M%253A%253B_n2s4JND5JEkTM%253Bhttps%25253A%25252F%25252Fwww.wallpapersafari.com%25252Fmoney-background-pictures%25252F&source=iu&pf=m&fir=1O_Gzs8H2vMG1M%253A%252C_n2s4JND5JEkTM%252C_&usg=__qMln9xXso85EaOGNzjh3EQ2cQ5U%3D&biw=1252&bih=576#imgrc=1O_Gzs8H2vMG1M_diakseshariini

Kamis, 06 April 2017

BANYAK INFO BISNIS ONLINE DI BLOG INI

http://tmearn.com/BiuRP1Ketika ingin memulai bisnis online, dibutuhkan satu hal yang mungkin dianggap kurang penting. Padahal ini sebenarnya sangat oenting. Tanpa adanya yang satu ini, maka bisnis online yang akan dirintis bisa terkendala.

Saya kalau ingin memulai sebuah bisnis online, maka saya mencari info dari berbagai sumber. Satu sumber info di antaranya adalah blog. Blog ini namanya ada di sini. Silakan klik DI SINI untuk menuju blog tersebut
Hari ini, 7-4-2017
*****
Foto dari: http://tmearn.com/BiuRP1

Rabu, 05 April 2017

BISNIS BTC GAMPANG ATAU SULIT?

https://poolearn.com/ref/bagesta2017 

Main PTC tanpa modal  dengan hasil pasti setiap hari, sudah saya lakukan di sini. Tapi main mining (menambang) BTC, belum saya lakukan. Sedang saya rintis :)

BTC (BitCoin) dan mata uang sejenisnya banyak diburu pemburu penghasilan. Mereka melakukan berbagai cara untuk mendapatkan BTC. Pertanyaannya, gampang atau sulitkan mencari BTC?

Tidak ada jawaban pasti. Tergantung siapa yang ditanya dan latar belakangnya. Kalau yang telah sukses, maka akan mengatakan mudah, gampang, atau bisa juga gampang sekali. Dia bisa menambang, bermain trading, atau jenis bisnis lainnya. Namun bagi yang belum berhasil, maka akan mengatakan: sulit!

Gampang atau sulit, kalau sudah diniati, mestinya tidak perlu berhenti. Kalau gagal, atau belum berhasil, ya berusaha lagi. Kalau belum sukses, ya terus bekerja lagi yang lebih keras agar segera mencapai kesuksesan dalam menambang BTC. BTC itu mata uang online yang kecil bentuknya tapi besar nilaianya.

Selamat menambang BTC. Semoga kita sukses selalu.

Siang hari, 6 April 2017
*****
____________________________________________________________________________________
Sumber foto:
https://www.google.com/search?q=BTC&client=firefox-b-ab&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiB3oGHk4_TAhVGvo8KHc-9DEEQ_AUICigD_yang_diakses-hari_ini

Selasa, 04 April 2017

TATA CARA MENULIS DI SEWORD.COM DAN CONTOH ARTIKEL YANG DITERBITKANNYA

Anda yang mampu menulis, suka menulis, dan ingin mendapatkan uang dari kerja sebagai penulis, Anda bisa menulis di Seword.com.Seword.com adalah website opini terpercaya dan terbuka untuk umum. Bagi yang ingin bergabung menulis, kirimkan contoh artikelnya ke email redaksi@seword.com, jika layak nantinya akan diberi akses sebagi penulis seword. Admin akan mereview setiap karya yang masuk sebelum layak ditayangkan.

    Ada kompensasi Rp 3 perhits/view dan dibayarkan setiap bulannya. Misal anda menulis 10 artikel dengan hits/view 11.212 perartikel maka anda berhak mendapat Rp 336.360,-

    Untuk pemasangan iklan atau kerjasama lainnya dapat dikirim ke iklan@seword.com (Sumber: https://seword.com).

Berikut contoh artikel yang dimuat di seword.com, sebagai berikut.

1. HUMOR

Oh pantas saja Pak Ahok sekarang lebih kalem…

By Surya on March 29, 2017

Di suatu pagi, disebuah rumah di Jakarta,

“Kamu antar adik ke sekolah ya, Sean” sahut Veronica kepada Sean..

“Iya mami, biar Sean yang antar Nia sama Daud ke sekolah” sahut Sean..

Sementara itu Ahok muncul di ruangan tersebut, dan Sean segera membawa adik – adiknya menuju ruang makan, yang terpisah dari ruangan tersebut..Veronica tersenyum sembari melirik ke arah Sean yang mengerti posisinya..

“Papi sudah ganteng belum, mami” goda Ahok sembari menyambangai Veronica..

Veronica hanya membalasnya dengan senyum kecutnya sembari menyambut kehadiran suaminya.. Ahok sudah terbiasa dengan respon Veronica yang lagi tidak mau digoda..

“Papi ingat ya, papi kerja untuk masyarakat..” sahut Veronica sembari memastikan suaminya ‘utuh’..

“Iya mami, papi pasti selalu ingat” sahut Ahok yang kesenangan di periksa istrinya..

“Nah, sama jangan lupa kurangi marah – marah-nya, kasihan yang dimarahi” lanjutnya setelah selesai memeriksa suaminya tersebut..

“Iya mami, papi kan sudah banyak mengurangi marah – marahnya..” sahut Ahok seraya memegang lengan Veronica..

“Sarapan dulu, papi” sahut Veronica seraya menhentakan tangan Ahok dari lengannya..

“Eh iya sudah lapar ini” goda Ahok sembari menemami Veronica menuju ruang makan..

Kemudian mereka berdua menuju ruang makan, dimana Daud anak bungsu mereka sedang mengemil di meja makan, ditemani kakak – kakaknya..

“Mami papi, lama banget Daud laper ini” sahut Dauh sembari mengunyah cemilan-nya.

“Kamu mah makan terus, dek” goda Nia seraya mengusap punggung Daud, yang duduk di sebelahnya..

“Aku kan masa pertumbuhan, jie – jie” sahut Daud manja kepada Nia..

“Sudah – sudah , papi sudah lapar ini.. mami juga..” sahut Veronica sembari mempersilakan Ahok duduk.. “Ayo siapa yang giliran mimpin doa makan ??” lanjutnya seraya duduk di bangkunya..

Kebetulan hari ini Sean yang kebagian jatah untuk doa sarapan, jadilah Sean mulai mengambil sikap berdoa dan kemudian memulai doannya, setelah semua mengambil sikap berdoa juga.

“Amin” sahut Sean seraya menyudahi doa makan-nya “Selamat makan” sahutnya kemudian sembari mulai menyantap sarapannya

“Selamat makan” sahut Nia dan Daud hampir bersamaan,.. kemudian mereka mulai menyantap sarapan masing – masing

“Selamat makan semua” sahut Ahok sembari menyantap sarapannya..

“Selamat makan, pelan – pelan saja makannya, terutama Daud ya” sahut Veronica sembari menyantap sarapannya dan memperhatikan kedua putra dan putri-nya tersebut..

***** ….. ***** ….. *****

Beberapa saat kemudian, mereka sudah selesai menyantap sarapannya masing – masing..

“Ayo berkemas, ge ge yang antar ke sekolah..” sahut Sean seraya berdiri dari tempat duduknya, disusul Nia dan Daud yang berlalu menuju kamar masing – masing..

“Terima kasih ya, mami. Sarapan-nya enak banget” sahut Ahok seraya beranjak dari tempat duduknya..

Veronica sedikit tersenyum mendengar pujian dari suaminya, yang sebenarnya seperti hapalan, karena setiap hari selalu dikatakan suaminya sehabis mereka makan bersama di rumah ini.. Kemudian Veronica beranjak dari tempatnya mengikuti Ahok yang berpindah ke ruang keluarga..

Tidak berselang lama, Sean , Nia dan Daud muncul di ruangan tersebut, segera menemui kedua orang tua mereka…

“Mami, sarapannya enak, Daud pergi sekolah dulu ya” sahut Duad yang kerap kali memuji ibunya, sembari mencium tangan ibu-nya..

“Iya Daud, terima kasih loh, Daud yang semangat ya sekolahnya” sahut Veronica sembari merapihkan rambut Daud..

“Mami Nia berangkat sekolah dulu ya” sahut Nia sembari mencium tangan ibu-nya..

“Iya Nia sayang, kamu juga semangat belajarnya, jangan pacaran dulu..” sahut Veronica sembari menggoda putri-nya dan merapihkan rambut panjang-nya..

“Aiihh mami, belum ada..” sahut Nia seraya muka-nya mulai memerah..

Kemudian,…

“Daud pergi sekolah dulu ya papi” sahut Daud sembari mencium tangan ayah-nya..

“Yang semangat sekolah-nya” sahut Ahok..

“Nia pergi sekolah dulu ya, papi” sahut Nia sembari mencium tangan Ayah-nya..

“Ayo semangat sekolah, jangan pacaran..” sahut Ahok seraya menggoda Nia yang makin merah muka-nya..

“Aiihh papi ikutan juga, ge ge malah sudah punya” sahut Nia tidak mau disalahkan sendirian..

“Siapa bilang ? Cuma teman saja kok” balas Sean menggoda balik adik perempuan-nya tersebut..

Nia langsung cemburut dan kemudian tersenyum lagi sembari menuju ke garasi mobil, menyusul Daud yang sudah lebih dulu ke sana…

“Mami, Sean pergi dulu ya, sekalian langsung ke kampus” sahut Sean sembari mencium tangan ibu-nya..

“Iya Sean, hati – hati bawa mobil-nya” sahut Veronica sembari mencium putra sulungnya tersebut..

“Sean pergi dulu ya, Papi” sahut Sean sembari mencium tangan ayah-nya..

“Awas loe, makin rahasia-an, ngak mau kenalin ke papi sama mami ya !!” gertak Ahok sembari menatap ke arah putra sulung-nya..

“Cuma teman, pi” sahut Sean mulai tidak enak dan kemudian segera berlalu sebelum “diintrogasi sama papi”..

“Papi,.. pagi – pagi sudah mulai lagi..” sahut Veronica sembari duduk di sebelah Ahok..

“Eh kok sudah mulai lagi” sahut Ahok keheranan..

“Emang zaman papi kenal mami, mami sudah gak sekolah.. ?” goda Veronica sembari tersenyum lebar..

“Eh iya, tapi.. ya sudah lah, papi lagi yang kena..” sahut Ahok pasrah..

“Makanya, mereka kan turunan bapak-nya juga..” goda Veronica lagi sembari terus tersenyum melihat suaminya sedikit kelabakan..

“Ya sudah lama – lama pusing juga guwa..” sahut Ahok seraya menarik nafas “Papi pergi kerja dulu ya, mami” sahutnya sembari beranjak dan mencium kening Veronica..

“Iya pi, jangan marah – marah ya..” sahut Veronica seperti terdiam setelah dicium suaminya..

Baru setelah beberapa saat, Veronica beranjak dan segera menyusul suaminya ke garasi mobil.. Dan sesampainya di garasi mobil,.. Ahok sudah didalam mobil seraya melambaikan tangan kepada-nya,..

“Hati – hati ya, papi” sahut Veronica seraya melambaikan tangannya melepas kepergian suaminya dengan membawa mobil-nya..

* * *  * * *  * * *  * * *  * * *

Kemesraan ini janganlah cepat berlalu

Kemesraan ini inginku kenang selalu

Hatiku damai jiwaku tentram di samping mu

Hatiku damai jiwa ku tentram Bersamamu

….. ….. ….. ….. …..

Aku lah yang pernah memelukmu erat

Saat kau berpikir mungkinkah berpaling

Aku lah yang nanti menenangkan badai

Agar tetap tegar kau berjalan nanti

(https://seword.com/humor/oh-pantas-saja-pak-ahok-sekarang-lebih-kalem/)

2. CERPEN


Malam Minggu Rico
0
By Usman Hermawan on April 3, 2017 Cerpen

Pucuk didamba ulam pun tiba. Ibarat pohon, teman adalah dahan dan ranting yang menghubungkan daun dengan daun pada pohon yang lainnya. Ibarat pohon pula, batin Rico adalah suasana bawah pohon tengah malam, sepi dan gelap. Berkat bantuan Mukhlis, sahabat dekatnya, Rico bisa berjabat tangan dengan Rina. Tanpa mengalami kesulitan berarti Rina menerima isyarat cintanya. Dalam waktu relatif singkat gayung bersambut. Cinta pun terkatakan. Suasana sepi dan gelap batinnya berubah cerah ceria berkat kehadiran Rina. Malam Minggu Rico bak taman firdaus bertabur bunga-bunga.

Fantasinya melayang bagai kapal-kapalan kertas, setelah melayang lalu mendarat di hati Rina. Dia berharap, kelak Rina-lah yang menjadi landasan hatinya.

“Rico, aku tinggal sebentar ya!” ucap Mukhlis.

“Mau ke mana? Di sini sajalah!” Rico basa-basi.

“Mau ke Bogor, beli kacang!”

“Hati-hati deh! Jangan lama-lama!”

Mukhlis cabut. “Terima kasih yah, sudah menjadi kambing congek!” cibirnya dalam hati. Mukhlis seperti baru sadar. Dia mau saja diminta menyaksikan kawannya bersepakat soal cinta. Imbal baliknya, Rico berjanji akan membantunya menyelesikan perang dinginnya dengan Chintya yang telah berlangsung dua pekan. Pacarnya itu memang sering ngambek, sensitifnya seperti sedang datang bulan.

Rina santai saja dengan senyum bergelombang seperti air sungai yang mengalir.

“Aku ingin menjadi bagian dari hidupmu, Rin.” Rico menggenapi jurus-jurusnya.

Rina membatin suka cita. Percakapan terhenti sepuluh detik.

“Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Semoga kau rela jika kelak menjadi pasanganku.”

“Semoga Tuhan mengizinkan. Sebenarnya mau ke mana Mukhlis?” Rina mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Paling mau cari kopi, sukanya kopi hitam dia.”

“Oh…”

“Sama dengan orangnya?”

“Bukan aku yang mengatakan begitu yah. Kalau kopi putih ada di dapur, mau?”

“Terima kasih. Tidak usah repot-repot.”

“Tidak repot, kok.”

“Pakai susu?”

“Boleh.”

“Tapi habis!”

“Yang ada saja.”

“Yang ada cuma gelasnya.”

“Hmh! Gak usah ngomong.”

Mungkin ini bisa disebut sebagai keajaiban kecil bagi Rico. Begitu mudahnya menjadi akrab dengan Rina. Demikian juga bagi Rina. Rico-lah pemuda yang begitu cepat melekat di hatinya. Kulit agak putih bersih, mata agak sipit, tinggi badan ideal, dan parfumnya mengena di hidung Rina. Rico-lah pemuda yang disukainya. Rico berbeda dengan pemuda yang nekat beberapa waktu lalu. Ginting namanya. Sembrono dia, baru kenal langsung menawarkan cinta, kayak tukang salak dalam gerbong kereta api. Sudah begitu, parfumnya bau kemenyan pula, ditambah bau keringatnya yang menyengat.

Saat ini Rico adalah sebuah kepastian bagi Rina. Pasti adanya. Konkret sosoknya. Beberapa hari lalu ibunya hanya mengatakan akan mengenalkan Rina kepada pemuda anak temannya. Suami temannya adalah seorang pengusaha batu bara. Bos. Bukan Orang Susah. Rina tak mau mengharap sesuatu yang belum jelas. Ucapan ibunya dianggapa angin lalu. Dia senang mendapati Rico.

Seperempat jam setelah kepergiannya,  sebuah SMS kiriman Mukhlis masuk di HP Rico. “Bro, gua udah sampai Bogor. Kalau sudah puas balik yah, gua tunggu di tukang bubur kacang ijo.”

“Siap.” Balas Rico. Dia tahu tempat Mukhlis menantinya.

Setelah dirasa cukup Rico berpamitan. Rina melepasnya dengan senyum manis.

“Inilah gunanya punya teman.” Dalam hati Rico bersyukur berteman dengan Mukhlis. Rico bertekat akan memenuhi janjinya untuk memediasi Mukhlis dengan pacarnya.

***

Usia Rico dua puluh lima setengah tahun, usia yang pas untuk berkeluarga. Begitu ibunya beranggapan. Gelar sarjana, punya. Penghasilan, walau masih sedikit, punya. Rumah tangga adalah proses. Pencapaian tertingginya bisa diupayakan bersama. Seperti itu pula Rico beranggapan, terlebih gadis yang didapatinya bertampang cantik maksimal. Durian runtuh ada di tangangannya. Jika sudah ada calonnya, menyegerakan menikah adalah hal terbaik. Rico yakin hal itu.

“Pacaran tidak boleh berlama-lama. Segeralah menikah!” dorong ibunya.

“Melamar dulu, Mak.” Rico menyergah.

Seperti kebelet pipis, ibunya ingin segera melamar Rina untuk Rico. Rico setuju. Rencana kedatangan ibunya ke rumah Rina segera dikabarkan. Orang tua Rina menyambut baik.

“Kapan?” tanya ibunya Rina.

“Malam Minggu,” balas Rina. “Katanya cuma empat atau lima orang yang datang. Maklum, ayah Rico telah tiada.”

“Oh, begitu. Silakan mama tunggu.”

***

Dalam bulan Desember 2016. Malam Minggu, Sabtunya tanggal sepuluh. Minggunya tanggal sebelas. Seninnya tanggal merah, libur Maulid. Perhitungannya, setelah melamar dengan menempuh perjalanan seratus tiga puluh kilometer pergi-pulang ada banyak waktu untuk istirahat. Mengapa harus malam Minggu? Itu keinginan Rico. Rico menganggap, malam Minggu adalah malam keberuntungannya mendapatkan cinta Rina.

Toreroreng, teng teng, toreroreng! Kira-kira begitu bunyi musiknya untuk menggambarkan suasana hati Rico saat keluarganya meluncur ke alamat Rina nun jauh di luar wilayah kota, sementara Rico jaga rumah. Dia tinggal menunggu kabar selanjutnya.

Di rumah Rina. Dua pihak bertemu. Setelah berpanjang kata, sampailah pada topik seserahan, sesuatu yang akan diserahkan nantinya.

“Ibu mau kasih kami berapa?” tanya ibunya Rina dengan nada menaik. Bicaranya seperti pedagang.

Sejak awal ayah Rina cenderung pasif.

Ibunya Rico agak kaget, tapi berusaha tenang. Dengan kerendahan hati disebutnya sejumlah uang yang dia mampu. Jumlah itu merupakan hasil kompromi dengan keluarga dekatnya. Mereka menilai jumlah itu pantas.

“Segitu yang kami mampu,” tandas ibunya Rico diamini para pengantarnya.

“Jumlah segitu cukup untuk apa? Sewa gedung saja tidak cukup!” Ibunya Rina agak sinis.

Ibunya Rico dan para pengantarnya kaget, tidak mengira akan mendapat jawaban seperti itu.

“Yang ibu mau berapa?” sela pamannya Rico.

Ibunya Rina diam. Bibirnya meleot, mencibir. Matanya memutar pandang. Suatu arogansi yang menyinggung perasaan. Dia tidak mau menyebut jumlah nominal yang diinginkannya.

“Saya akan penuhi jumlah yang ibu mau,” tantang pamannya Rico.

Ibunya Rina seperti tidak percaya keluarga Rico akan mampu memenuhi permintaannya. “Anda semua silakan kembali. Silakan perhitungkan berapa jumlah uang yang memadai untuk biaya perkawinan yang akan kami selenggarakan bagi putri kesayangan kami.”

“Baiklah. Kalau begitu kami undur diri.” Ibunya Rico mengambil inisiatif untuk mengakhiri percakapan yang melukai perasaan itu. Selanjutnya, pulang dengan kekecewaan yang mendalam.

***

Rombongan tiba di rumah pukul satu dini hari. Sambil terkantuk-kantuk Rico menyambutnya. “Bagaimana hasilnya Mak?” Rico tak sabar.

“Nak, adakah perempuan lain selain Rina yang bisa kaupilih untuk kaujadikan istri?” tanya ibunya Rico.

“Mereka membanderol harga yang kita tidak dapat menjangkaunya?”

“Berapa?”

“Tidak terhingga. Tapi itu seungguhnya hanya cara dia menolak lamaran kita.”

“Benarkah? Tapi dengan Rina tidak ada masalah.”

“Rina terserah ibunya. Silakan buktikan, tanya Rina.”

“Ya Tuhan. Apa yang salah?”

“Barangkali kausalah  memilih dia.”

“Maksud Emak?”

“Lamaranmu ditolak! Jelas?” Ibunya kesal.

Rico meradang.

Esok harinya, melalui telepon Rina menyampaikan pemutusan hubungan kasih. Dikatakannya, bahwa dirinya akan dijodohkan dengan laki-laki pilihan ibunya. Rina juga meminta agar Rico tidak mencoba-coba menemuinya.  Rico terheran-heran dengan sikap Rina yang tidak konsisten. Berhari-hari Rico merasakan sakit hati. Namun pada akhirnya pikiran warasnya menyadari bahwa Rina memang bukan perempuan yang tepat untuk menjadi istrinya. Dia percaya bahwa itulah cara Tuhan membimbingnya untuk mendapatkan jodoh terbaik. Dia bertekad untuk memantaskan diri bagi jodoh yang terbaik.[]

3. PUISI


Bayang Kerinduan
0
By Jamaludin on April 3, 2017 Puisi

Tatkala langit menampakan warna jingganya
Datangnya sore yang terasa begitu tiba-tiba
Termangu ku merenung membayang setahun masa yang silam
Secangkir kopi dan sebatang rokok yang menjadi teman
Teringat aku akan suasana masa yang telah sudah-sudah
Indah dan bahagia kita ukir bersama-sama
Semerbak bunga-bunga rasa terjalin mesra
Kuncup mewangi kini layulah sudah

Bayang dirimu serta wajahmu selalu teringat
Jua pesan singkat dari hidup kita yang terucap
Berjuang bersama menuju bahtera sakinah mawadah warohmah
Putihnya pasir dan hatimu yang akan menjadi saksinya
Kini engkau telah pergi meninggalkan aku sendiri
Dalam mengarungi jagat raya yang kini terasa sunyi
kelam, hitam, serasa berjalan dalam kegelapan tanpa lentera
Andai aku karib dengan Malaikat Sang Pencabut Nyawa
Ku tangguhkan hingga tercapai cita cinta kita berdua
Akan tetapi ya…sudahlah aku hanya bisa pasrah

Banyak sih.. yang berucap kepadaku
Lupakanlah masa yang telah berlalu
Aku tetap sedih, sedu sedan merasa begitu
Mungkin jua aku harus bisa melupakanmu
Melupakan sebatas tidak menjadi beban pikiran berkepanjangan
Agar aku bisa berjalan di atas roda-roda kehidupan
Agar engkau juga disana merasakan ketenangan
Biar itu menjadi kenangan dan bagian dari hidupku
Biar saja dan aku kan selalu mendoakanmu
Semoga tenang serta damai di istana FirdausNya
Terang benderang aba dan abada
Air mata tak terasa mengalair deras dari pelupuk
(https://seword.com/puisi/bayang-kerinduan)
https://seword.com/cerpen/malam-minggu-rico/

(https://seword.com/cerpen/malam-minggu-rico/)

Selain 3 kategori tulisan tersebut, masih ada kategori yang lain antara lain pendidikan, motivasi, politik, ekonomi, media, urusan hati, luar negeri, sosbud, emak menjawab, travel, techno, sport, dan spiritual. Anda bisa lihat selengkapnya di Seword.com. Selamat menulis. Sukses selalu untuk kita semua.
*****

Ketika menemui short_url adf.ly (atau yang lain), klik SKIP_AD -nya
CoinBulb

LANGGANAN POSTINGAN

Tulis email Anda untuk mendapatkan update POSTINGAN di blog ini, lalu "KLIK DI SINI"!:

Delivered by FeedBurner

Autoresponder Ekonomis